
Lensa Merah Putih || SIGLI - Yayasan Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) Pidie melalui Akademi Paradigta Indonesia menggandeng Pemerintah Daerah dan Tim Penggerak PKK Kabupaten Pidie dalam menggelar Lokakarya bertajuk "Penguatan Sistem Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Menuju Indonesia Emas", yang bertempat di Aula Bappeda Pidie. Pada Selasa 22 Juli 2025.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai kalangan Pemerintahan seperti, Bupati Pidie yang mewakili, Ketua DPRK yang mewakili, TP PKK, DPMG, Dinas Pendidikan, Dinas Koperasi dan Perdagangan, DP3AKB, Dinas Sosial, Kominfo, Camat di wilayah kerja Api Pekka dan PPSW (mutiara Timur, Kembang Tanjung, Mutiara, Pekan Baro, Delima, Tiro, Sakti, Indrajaya, Glumpang Baro, Grong-Grong), TP PKK Kecamatan, beberapa Keuchik dan lainnya.
Ketua Panitia Lokakarya Erlina Juwita dalam sambutannya kegiatan ini untuk mendorong pemberdayaan perempuan dengan memanfaatkan potensi sosial, ekonomi, pendidikan dan keterampilan demi mewujudkan Indonesia Emas kedepannya.
"kegiatan kita bertujuan membangun sistem pemberdayaan perempuan dan membangun sinergi antara pemangku kepentingan dalam mendorong pendidikan yang berpihak pada pemberdayaan perempuan dan selama ini kita telah melakukan kegiatan Akademi Paradigta Indonesia baru 19 Desa di 9 Kecamatan, namun saat ini ada 730 Desa di Kabupaten Pidie masih banyak yang belum terjangkau." Ungkapnya.
Pendiri Yayasan Pekka Indonesia Nani Suminarni dalam vidio berdurasi 5 menit mengatakan Dunia mencatat bahwa perempuan menggunakan waktunya untuk pekerjaan pengasuhan, produksi dan pekerjaan sosial yang tidak berbayar sekitar 4 kali dari waktu yang digunakan laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa pentingnya peran perempuan untuk kemajuan, kebaikan dan penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi keluarga dan masyarakat.
Namun demikian peran perempuan ini tidak di imbangi dengan tingkat pendidikan formal dan akses terhadap informasi yang akan menguatkan agensi dan kepemimpinan mereka, upaya pendidikan pemberdayaan perempuan yang menjadi agenda penting dalam proses pembangunan di Indonesia selama ini.
"akan tetapi umumnya masih bersifat sukoratik, kontemporer dan proyektat, sehingga tidak sepenuhnya dapat membantu perempuan sepenuhnya mengembangkan agensi dan kepemimpinannya untuk merespon merubah dunia dengan sangat pesat." Pungkasnya dalam vidio tersebut.
Dilain sisi semakin kompleknya permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat sadar hukum telat memaksa perempuan untuk aktif terlibat sebagai kader-kader penggerak guna merespon persoalan-persoalan spesifik yang dihadapi seperti persoalan stunting, kesehatan lansia, penanggulangan penyakit tertentu, kesehatan mental remaja dan lain-lainnya.
"Sejak tahun 2016 Yayasan Pekka mengembangkan semua inisiatif pendidikan pemberdayaan terstruktur yang berkelanjutan bagi perempuan desa yang kami namai Akademi Paradigta Indonesia, setelah berjalan hampir 10 tahun kami mempelajari bahwa, jika perempuan memiliki akses pembelajaran secara berkesinambungan, maka dia dapat menjadi individu yang lebih efektif serta berkontribusi dalam berproses di keluarga dan masyarakat." tutupnya.
Sebagai latar belakang kegiatan, disebutkan bahwa berdasarkan data World Economic Forum (2021), peringkat Indonesia dalam ketimpangan gender menurun ke posisi 101, meskipun berbagai kebijakan dan program pemberdayaan telah diluncurkan. Oleh karena itu, diperlukan transformasi sistem pendidikan yang berpihak pada perempuan, berbasis komunitas, dan mengedepankan pengalaman hidup sebagai sumber utama pembelajaran.
Kabupaten Pidie dipandang memiliki potensi besar dalam mengembangkan sistem pendidikan pemberdayaan perempuan sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045.
Kegiatan ini bertujuan membangun kesadaran kritis, menggali praktik baik dan inovasi, serta memperkuat komitmen lintas sektor dalam mewujudkan kebijakan pendidikan yang inklusif dan transformatif bagi perempuan di Indonesia.